Jakarta - Terinspirasi dari konsep Pekan Olahraga Nasional (PON) yang dihelat 4 tahun sekali, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menargetkan bisa menggeler Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) pertama pada tahun ini, yang akan diawali dengan pekan kebudayaan di setiap daerah dari tingkat Kota/Kabupaten hingga Provinsi.
Hal ini diungkapkan Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, kegiatan PKN akan jadi semacam menifestasi kebudayaan di tingkat akar rumput, sementara format kegiatan harus menjangkau banyak daerah dan memiliki pesona bagi semua lapisan masyarakat.
Lebih dalam Hilmar memaparkan, bahwa PKN merupakan serangkaian aktivitas berjenjang dari Desa hingga pusat yang terdiri atas kompetisi daerah, kompetisi nasional, konferensi pemajuan kebudayaan, ekshibisi dan pergelaran karya budaya, yang bertujuan guna membuka ruang interaksi budaya dalam rangka pelestarian budaya Indonesia.
Menurutnya, kegiatan ini menjadi wujud implementasi dari salah satu agenda strategi pemajuan kebudayaan, diantaranya menyediakan ruang bagi keragaman ekspresi budaya dan mendorong interaksi budaya untuk memperkuat kebudayaan yang inklusif. Adapun gelaran akbar kebudayaan tingkat nasional ini akan diselenggarakan pada Oktober 2019 mendatang.
"Ya ini kegiatan Indonesia, sama seperti Asian Games, sebuah perhelatan besar, kami ingin ada panitia sendiri yang mengelola, misalnya merekrut relawan,” kata Hilmar di Jakarta (16/2/2019).
Dirinya juga berharap, PKN dapat memberikan dampak besar serta dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, dan menurutnya, permainan tradisional akan mengisi kompetisi dalam PKN.
"Kita kan satu masyarakat yang memang senang bermain, karena karakter manusia, jadi karakter yang melekat pada kita. Jadi elemen permainan itu kami coba tonjolkan dan jadi kombinasi yang bagus," ujarnya.
Ia menambahkan, PKN akan mengasah dan mengembangkan permainan rakyat sehingga menjadi menarik dan menjadi perhatian publik, bahkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, permainan tradisional merupakan termasuk dalam objek pemajuan kebudayaan. (Pis/photo google)
0 Komentar